Jalan Godean

Bukan rakyat Indonesia asli kalau ga molor, janjian habis subuh, jam 7 baru pada ngumpul. Jenan tampak termenung setelah mendengar cerita Zidan ketika hendak pergi ke tempat Jenan.

Pasalnya, Zidan bercerita bahwa ketika ia melajukan motornya di area Jalan Godean, tiba-tiba dua orang bertubuh kekar dan tinggi menghadangnya. Tanpa alasan, Zidan dipaksa menepi. Jika dilihat dari perawakannya, Zidan sama sekali merasa tidak pernah mengenal apa lagi memiliki urusan dengan dirinya. Terpalang, emosi karena dipaksa menepi, Zidan akhirnya menurut untuk menepi. Namun, anehnya, dua orang ini tidak berniat melukai, dirogohnya saku celana masing-masing dari mereka, dan memberikan dua buah benda pipih ke Zidan, dengan note dibelakangnya.

Belum sempat Zidan bertanya, dua orang itu memberi isyarat diam, dengan meletakan telunjuknya dimulut mereka, tanpa sepatah kata mereka pergi.

Tidak asing dengan benda pipih ditangannya, apalagi bentukan hardcase biru langit dengan gambar gitar, serta hardcase warna hitam dengan gambar matahari. Ya, benda itu adalah handphone milik Hugo dan Melviano. Dibacanya note yang ia genggam, “jangan cari kami.”

“kami" kata itu berputar-putar di kepala 6 orang yang tengah berkumpul di teras rumah Jeno. Pertanyaannya, kenapa kami? Bukannya hanya satu orang yang hilang? Atau berarti akan ada orang yang hilang, lagi?

Related posts:

With almost 400 posts now, I realize that it can be super hard to find posts on certain topics. Here are 15 posts I find myself sharing frequently when discussing change agency and continuous…

Packages Mall has everything for everyone, and thus, it’s definitely a great place to spend time, especially with family and friends. Also, given their security and inclusive policies, you can rest…

Engineered materials are used for a wide range of home décor and maintenance purposes these days. The materials might be a bit cheaper than the natural stones but there are certain elements that have…