Latino Voters In 2020

Although it may seem strange to Democrats why Latinos would want to vote for Donald Trump and Mike Pence, there is a considerable amount of support for the Republican Party from Latinos. They are an…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




The Sun and Her First Love

Gadis itu duduk pada pot bata sebuah pohon rimbun yang ada di depan komidi putar. Matanya menatap manusia-manusia yang berlalu lalang pada senja hari itu. Anak kecil yang datang bersama orang tuanya, sepasang kekasih yang menghabiskan waktu bersama atau muda-mudi lain yang datang bersama sahabatnya dan Leony yang datang seorang diri.

Ralat, ia datang bersama sebuah boneka paus berwarna biru muda dengan sedikit noda kecokelatan karena dimakan usia.

Matanya yang menatap sendu orang-orang itu bersembunyi di balik topi hitam yang ia kenakan, tangannya mengusap pelan boneka yang ada dalam pangkuan. Ia hanya diam di sana, menanti seseorang yang akan menjemputnya pulang. Dalam diamnya, gadis itu memutar memori masa lalu yang sudah lama ia pendam.

Tentang taman bermain ini.

Tentang komidi putar di hadapannya.

Tentang pohon tempatnya berteduh sekarang.

Tentang cinta pertamanya.

Tentang Ayah yang namanya sudah lama tidak pernah terdengar.

Tentang Ayah yang namanya terasa begitu asing.

Dulu, dulu sekali saat Leony masih berumur tujuh tahun, untuk pertama kalinya ia pergi ke taman bermain. Ia kenakan pakaian terbaiknya — sebuah gaun kecil berwarna merah jambu berbahan organdi dan satin dengan aksen bunga, rambutnya diikat dua dengan pita senada, tidak lupa sepasang sepatu yang Ayah belikan saat ulang tahunnya beberapa hari sebelum hari itu.

Hari itu, ia menghabiskan waktunya berdua bersama Ayah, tanpa Ibun yang lebih memilih berada di rumah.

Leony masih ingat dengan jelas wahana apa saja yang mereka hampiri.

Alap-alap, biang lala, gajah bledug, istana boneka.

Leony juga masih ingat bagaimana Ayah berpakaian.

Kaus kerah bermotif garis hitam-putih yang dimasukan ke dalam celana jeans, lalu ikat pinggang dan sepatu kulit serta topi hitam. Topi hitam yang sama seperti yang ia kenakan saat ini dan jangan lupakan aroma citrus dari parfum Ayah yang masih membekas di kepalanya hingga sekarang.

Dan kini, semua hal yang mengingatkan dirinya tentang Ayah, membuat dadanya terasa ngilu hingga ia kesulitan bernapas.

Leony juga masih ingat ketika mereka berdua mengambil foto di depan wahana komidi putar ini.

Leony masih ingat hari-hari dimana ia dititipkan ke rumah Moja karena Ibun harus pergi bekerja. Ia juga ingat hari-hari saat dirinya mengamuk karena ingin ikut Ibun bekerja hingga kabur dari rumah Pakdhe. Gadis kecil itu berdalih, Ayah yang harus bekerja dan Ibun harus di rumah bersamanya. Namun sesungguhnya, ia takut ditinggal seorang diri lagi.

Matanya selalu tertuju pada pintu kayu setinggi dua setengah meter itu untuk terbuka, menanti-nanti kalau-kalau Ayah pulang kembali ke rumah.

Rumahnya.

Rumah Leony.

Sampai suatu hari Ibun datang kembali ke rumah bersama seorang laki-laki, tapi sayangnya itu bukan Ayah, melainkan laki-laki yang selanjutnya ia panggil dengan sebutan Bapak dan mereka akhirnya pindah ke sebuah kota bernama Surabaya. Bapak memang ayah terbaik yang pernah Leony punya, walau Noah dan Naomi hadir dalam hidupnya, Bapak tetap mengisi ruang kosong yang Ayah tinggalkan.

Kadang, saat terbangun di tengah tidurnya, gadis itu bertanya-tanya di dalam kepalanya. Ia hanyalah sebuah bentuk kegagalan dari Ayah dan Ibun, apakah eksistensinya di dunia ini masih diperlukan?

Kadang, di tengah malam, gadis itu bertanya-tanya di dalam kepalanya. Ayah bahagia dengan rumah barunya, Ibun juga bahagia dengan Bapak dan adik-adiknya, kalau ia pergi, tidak ada bedanya bukan?

Tapi ia masih ingin membuktikan sesuatu kepada Ayah sebelum pergi.

Nanti, nanti kalau Lele udah lulus, udah kerja, Lele baru mau ketemu Ayah.’

Bukti bahwa dirinya bisa baik-baik saja tanpa Ayah, bukti bahwa dirinya bisa hidup bahagia tanpa Ayah yang telah menghancurkan rumahnya namun membuat rumah baru bagi orang asing tapi nyatanya, gadis kecil yang menanti-nanti Ayahnya kembali itu masih belum beranjak dewasa.

Leony menghela napas panjang.

Ada rongga kosong di dadanya, ada kebingungan di kepalanya.

Kalau Ayah pergi, aku harus buktiin itu semua ke siapa?

Tidak, gadis itu tidak menangis.

Rasanya hanya hampa.

Gadis itu menunduk menatap boneka paus yang ada di pangkuannya. Rongga kosong itu perlahan mulai terisi dengan rasa sesak dan kerinduan hingga napasnya berubah semakin berat. Ia terlalu takut bertemu Ayah, ia terlalu marah untuk berani bertemu Ayah.

Padahal sedikit lagi, sedikit lagi, Lele bisa ketemu Ayah, tapi kenapa Ayah pergi lagi?

“Leony.”

Yang dipanggil namanya pun mendongak, menatap laki-laki berkaus putih dengan leather jacket-nya yang kini berdiri di hadapannya. Menatapnya nanar, meminta pertolongan agar gadis kecil di dalam raganya itu diselamatkan karena kini ia sudah tidak tahu harus berbuat bagaimana. Laki-laki itu kemudian berlutut di hadapannya, membuat aroma citrus yang menguar dari tubuhnya itu tercium samar. Ia belai punggung tangan gadis di hadapannya itu dengan lembut. Perlahan ia mencoba melepaskan genggaman tangan Leony dari paus biru yang ada di pangkuan gadis itu dan beralih menggenggam tangannya.

“Leony… maafin Ayah ya?”

Detik selanjutnya, Leony akhirnya luruh dalam dekapan laki-laki itu.

Add a comment

Related posts:

The Virtual Assistant Development Plan for 2020

Here is what you need to do to get up to speed and incorporate into your development plan before year end! A Virtual Assistant (VA) is a Virtual Agent that provides information (and perhaps…

Pursue Your Ambitions

Many people have lived and died without fulfilling their life’s dreams and experiencing their true belonging. As they’d grown older, they’d forsaken their own passions in favor of a manufactured…

A Broad Manual for MA Education in University of Bedfordshire

Expecting to seek after an Advanced education in Preparing? Take a gander at this thorough manual for the MA Education in University of Bedfordshire. If you’re enthusiastic about impelling your…