Why This Genius Supported Tetragamy And Hated Monogamy

In Arthur Schopenhauer’s unpublished notebooks, according to Schopenhauer biographer David E. Cartwright, he introduced the weirdest concept of tetragamy, an alternative to monogamy called tetragamy…

Smartphone

独家优惠奖金 100% 高达 1 BTC + 180 免费旋转




Mengapa Konsultan IT Harus Memiliki Banyak Keahlian

Menurut saya “harga” dari konsultan juga tercermin selain dari kualitas konten laporan/dokumentasi, juga penyajian laporan yang memperhatikan hal-hal yang telah saya sebutkan di atas. Untuk aktivitas business development itu sendiri, memang saat tender hampir faktor “financial” jadi patokan utama (biasanya yang paling murah yang menang). Namun selama saya kerja, penyusunan proposal tetap harus “berkualitas”. Beruntunglah kalau tendernya project yang sudah pernah dikerjakan sehingga memudahkan pekerjaan saya dalam pembuatan proposal :))

Client’s and/or Industry Business Process Expertise
Memang konsultan IT dituntut untuk menguasai bidang IT tertentu, namun pada dasarnya jasa kita dibutuhkan untuk membuat bisnis klien menjadi lebih baik. Bagaimana kita bisa membantu klien untuk meningkatkan kinerja operasional bisnis dari aspek IT kalau kita tidak memahami proses bisnis klien? Konsultan IT dituntut untuk bisa menyampaikan “bahasa bisnis” yang baik. Hal ini masih ada kaitannya dengan kemampuan dalam komunikasi dan dokumentasi.

Kalau kita belajar teorinya kan IT harus bisa sejalan (align) dengan bisnis. Strategi IT harus bisa mendukung dan selaras dengan strategi bisnis. Bagaimana kita bisa menyelaraskan inisiatif IT kalau tidak bisa memahami kebutuhan perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami kebutuhan perusahaan kalau tidak memahami organisasi perusahaan? Bagaimana kita bisa memahami organisasi perusahaan kalau tidak memahami bagaimana bisnis berjalan?

Lebih jauh lagi, banyak keterkaitan IT dengan aspek operasional bisnis. Dalam proyek yang terkait dengan peningkatan kapabilitas IT secara enterprise dan bahkan yang khusus ke kapabilitas IT Security, saya juga membutuhkan sesi diskusi / interview dengan beberapa unit bisnis. Bahkan dalam proyek IT tertentu, semua unit bisnis kebagian untuk saya interview. Tujuan utamanya adalah agar saya bisa mendapatkan perspektif dari segala penjuru sehingga pada nantinya rekomendasi yang diberikan memang sesuai dan lebih representif terhadap kondisi perusahaan.

Kalau memang kita lebih banyak klien di industri keuangan, saya sarankan belajar proses bisnis di industri keuangan (misalnya bank atau asuransi). Tentunya memahami proses bisnis di klien wajib hukumnya karena walaupun ada beberapa klien di industri yang sama, tapi bisa jadi beberapa bagian ada perbedaan. Cuma nantinya disesuaikan dengan jenis proyeknya, karena tidak semua proyek juga menuntuk kita untuk memahami proses bisnis secara end-to-end. Seperti misalnya proyek penetration testing, minimal kita paham alur aplikasi/sistemnya, tidak harus sampai ke proses bisnis yang di luar ruang lingkup. Atau dalam salah satu proyek tranformasi, tim saya hanya mengumpulkan informasi dari unit bisnis terkait saja, tidak semua unit bisnis di perusahaan klien.

Problem Solving and Analytical Skill
Sebagai konsultan IT, tentu wajib memiliki kemampuan dalam problem solving dan analisis. Tentunya hal tersebut ditunjang dengan kemampuan kita dalam memahami permasalahan. Pemahaman terhadap permasalahan dan juga kemampuan dalam menentukan rekomendasi perbaikan tentunya didukung oleh pemahaman kita, baik dari pengalaman sebelumnya maupun dari literatur/dokumentasi yang telah kita pahami untuk menyelesaikan permasalahan tersebut.

Menurut saya kata kuncinya adalah fast learner dan palugada skill. Kita dituntut untuk dapat cepat memahami dan beradaptasi dengan kondisi klien. Menurut saya kemampuan PALUGADA (apa lu mau gua ada) di suatu kondisi dapat membantu kita dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Dan hal yang menurut saya cukup penting adalah sebisa mungkin kita jangan saklek / kaku atas hasil assessment yang kita berikan ke klien. Misalnya menurut kita A, tapi klien maunya B. Dalam banyak kondisi, tentunya kita harus bisa membuat kesepakatan, entah itu A- atau B+ disesuaikan dengan kondisi lapangan. Tapi gak ada salahnya juga kita tetap mengajukan A asalkan dengan alasan/landasan yang memang dapat diterima kedua pihak.

Kalau diperhatikan, yang dijual konsultan adalah metodologi (best practice). Untuk konsultan IT, selain metodologi juga tentunya pengembangan dan implementasi sistem, tergantung bisnis yang dijalankan perusahaan tersebut. Di Indonesia sendiri ada yang memang perusahaan IT fokus di jasa konsultansi IT, ada juga yang fokus di pengembangan dan implementasi sistem, dan ada juga yang menjalankan keduanya. Saat saya di Big 4, saya banyak belajar dari sisi people, process, dan bisnis. Saat di perusahaan system integrator, saya banyak belajar dari sisi teknologi (walaupun saat ini perusahaan mengembangkan bisnis ke consulting juga). Saat ini saya memilih berkarier dulu di perusahaan consulting global karena saya ingin mempelajari banyak metodologi (best practice) agar dapat membantu klien dalam menyelesaikan permasalahan baik dari sisi IT maupun bisnis.

Menurut saya yang mahal adalah informasi dan pengalaman yang saya butuhkan untuk business development (misalnya contoh proposal, go to market, benchmark, sales presentation, studi kasus, dll), project delivery (methodology, contoh deliverables, working paper, dll), dan informasi-informasi lain yang tentunya resourcesnya bersifat global. Dari situ saya bisa belajar consulting di negara lain seperti apa.

Pada dasarnya masing-masing bagian di atas butuh ruang tersendiri untuk dijelaskan lebih banyak. Mungkin di lain kesempatan saya bisa tulis lebih komprehensif.

Add a comment

Related posts:

The Holy Grail

There is a place we both have been That joins us together We often try the real world And end up in stormy weather. We’ve walked along the avenue And now we’re hand in glove Down the avenue of broken…