Sebuah surat untuk yang sedang berjuang

Entah dimanapun kamu membaca surat ini, aku hanya berusaha menjadi teman penyalur separuh energi, untukmu yang sedang mempertaruhkan hidup.

Aku tahu ada masa dimana hasrat menyerah lebih unggul daripada menggelorakan sumringah. Aku juga tahu, beberapa pikiran negatif timbul secara sendirinya memenuhi isi kepala yang tidak jarang mencoba mengurai semua menjadi sesuatu kelegaan.

Aku mengerti beberapa mimpi, justru membuatmu terjatuh. Inginmu terlalu kuat, sampai kau lupa bahwa tali penghubung untuk usaha kian renggang akibat imajinasi yang terlalu tinggi. Hingga kau lalai meminta seutuhnya kepada yang menciptakan anganmu. Kau lupa berdoa, karena hidupmu terlihat begitu kacau dan berantakan.

Penyesalan demi penyesalan kau agungkan, kau terlena menyudutkan dirimu sendiri. Aku tidak akan menyalahkanmu, maupun menghakimimu. Aku ingin mendukungmu. Menopang kesedihanmu, kemudian menahan jiwa ringkihmu berdiri tegak. Supaya bisa kembali berjuang tentang masa depan.

Maaf penjabaranku terlampau panjang, aku hanya berupaya menyadarkanmu perihal usaha sebelum kau terjatuh. Kau sudah sejauh ini, ketahuilah kau hebat.

Jadi kupinta padamu, tetaplah mempertarungkan realita, demi memenangkan bahagia. Aku disisimu, berdoa sepanjang waktu.

Related posts:

The generously tattooed Joan Holloway type occupying your second-least-favorite bar stool is called Hannah. Boy, can she can sing an’ dance. Crimson manicure. Band aids offset the discomfort of her…

We spoke with Domenic Thomas, CEO of WORBLI, a blockchain network and financial services platform built on EOSIO. WORBLI is a financial services oriented blockchain network. We are built entirely for…

In a world where the present focus lies on significantly improving environmental conditions around us, every little action makes a difference. If we look around us, all the waste we discard…